Metode Pelaksanaan
Pekerjaan Pondasi Bor Pile
Pembuatan pondasi bor pile dengan alat bor mini crane kini banyak di
minati oleh kontraktor maupun masyarakat indonesia sebagai metode pondasi
bangunan tower,jembatan,rumah tinggal,ruko,pagar,pondasi dudukan lift,dan
lain-lain. Hal ini di sebabkan penggunaan alat berat untuk pembuatan pondasi
seperti droph hamer,jek in pile dan bor pile dengan alat berat tidak
memungkinkan dari segi akses menuju lokasi,watu pelaksanaan dan keamanan pada
lingkungan sekitar.
Mesin bor pile mini crane didesain khusus seringkas
mungkin dan alat tersebut dapat di bongkar pasang sehingga medan tersulit pun
dapat di jangkau dengan alat ini. Suatu contoh untuk lokasi di perumahan pantai
indah kapuk rata-rata harus memasang pondasi bor pile di halaman belakang
rumah, apakah memungkinkan menggunakan alat berat untuk pembuatan pondasi
tersebut? tentu tidak.
1. Pekerjaan Persiapan Bor Pile
Pondasi Bor Pile umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena itu
langkah awal yang dilakukan adalah pemetaan terlebih dahulu. Inilah gunanya
ilmu ukur tanah. Umumnya yang mengerjakan adalah ahli – ahli geodesi dan
pertanahan. Proses ini sebaiknya dilakukan sebelum alat- alat proyek
masuk, karena jika sesudahnya sulit untuk dikerjakan walaupun bisa. Dan dari
pemetaan ini dapat diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada
gambar kerja dan kondisi lapangan.
1. Langkah-langkah
Pekerjaan Pondasi Bor Pile
Berikut ini
adalah tahapan- tahapan awal Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bor Pile :
2.1 Persiapan Peralatan
Pekerjaan
pondasi bore pile memerlukan alat- alat berat dalam suatu proyek . Disebut
alat- alat berat memang karena bobotnya yang berat, makanya manajer proyek
harus dapat memastikan pekerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar alat yang
berat tersebut dapat masuk ke areal dengan baik. Jika tidak disiapkan dengan
baik, bisa saja alat berat tersebut amblas karena daya dukung tanahnya yang
jelek.
Pelat baja
tersebut dimaksudkan agar alat- alat berat tidak amblas jika kekuatan tanahnya
diragukan. Jika sampai amblas, untuk ‘ngangkat’ kembali biayanya lebih besar
dibanding biaya yang diperlukan untuk mengadakan pelat- pelat tersebut. Perlu
tidaknya pelat-pelat tersebut tentu didasarkan dari pengalaman- pengalaman
sebelumnya, itu tidak tertulis di buku teks. Disinilah ‘seni’ agar
pekerjaan lancar.
2.2 Pembuatan Tulangan Besi
Paralel
dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang bor telah dapat
dilakukan. Ini penting, karena jangan sampai sudah dibor, eh ternyata
tulangannya belum siap. Jika tertunda lama, tanah pada lubang bor bisa rusak
(mungkin karena hujan atau lainnya). Bisa- bisa perlu dilakukan pengerjaan bor
lagi. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan juga penting, tidak boleh
terlalu jauh, masih terjangkau oleh alat- alat berat tetapi tidak boleh sampai
mengganggu manuver alat- alat berat itu sendiri.
Jika
alat-alat berat sudah siap, juga tulangan- tulangannya, serta pihak ready
mix concrete-nya sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat-
alat bornya adalah.
Perhatikan
mesin bor belum dipasangkan dengan mata bornya yang dibawah itu. Saat ini
difoto, alat bor sedang mempersiapkan diri untuk memulai.
Kecuali alat
bor dengan crane terpisah, pada proyek tersebut juga dijumpai alat bor yang
terintegrasi dan sangat mobile. Mungkin ini yang lebih modern, tetapi
kelihatannya jangkauan kedalamannya lebih terbatas dibanding yang sistem
terpisah. Mungkin juga, karena diproyek tersebut ada beberapa ukuran diameter
tiang bor yang dipakai. Jadi pada gambar- gambar nanti, fotonya gabungan dari
dua alat tersebut.
2.3 Pengeboran
Ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor.
Kedalaman dan diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat
bor. Juga terdapatnya batuan atau material dibawah permukaan tanah. Ini perlu
diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan yang cocok. Kalau
asal ngebor, bisa-bisa mata bor-nya stack di bawah. Biaya itu. Ini contoh mesin
bor dan auger dengan berbagai ukuran pengeboran.
Setelah
mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’ untuk menghindari tanah di tepi
lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran
diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang bor.
2.4. Pemasangan Casing
Perhatikan
mesin bor-nya beda, tetapi pada prinsipnya cara pemasangan casing sama:
diangkat dan dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang belum
sampai bawah, secukupnya. Kalau nunggu sampai kebawah, maka bisa-bisa tanah
berguguran semua. Lubang tertutup lagi. Jadi pemasangan casing penting.
Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Gambar di
atas, mata auger sudah diganti dng Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah
atau lumpur di dasar lubang.
Jika
pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah
menjadi kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi Franky Pile maka bagian
bawah pondasi yang bekerja dengan mekanisme bearing dapat dilakukan
pembesaran. Untuk itu dipakai mata bor khusus, Belling Tools sebagai
berikut.
Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman
rencana maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah
mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan manual.
1.5 . Handling Besi Tulangan
Perlu juga
diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dichek dengan data hasil
penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang
diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel
tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili.
Tetapi dengan proses pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan
prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang dibor.
Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah ‘siap’, maka selanjutnya adalah
penempatan tulangan rebar.
2.5. Pengecoran
beton
Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses
selanjutnya adalah pengecoran beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang
menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun proses pekerjaan
sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi
tersebut secara keseluruhan.Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton,
misalnya ada
yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor
sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat.
Adanya air
pada lobang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa
tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan
kedalaman lubang yang dibor.
1.5 Pemasangan Pipa Tremi
Inilah yang disebut pipa tremi. Foto ini cukup menarik karena bisa
mengambil gambar mulai dari ujung bawah sampai ujung atas. Ujung di bagian
bawah agak khusus lho, nggak berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga
lumpur tidak masuk kedalam tetapi beton.Di dalam pipa bisa mendorong keluar.
Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung
atas pipa tremi, tempat memasukkan beton segar. Yang di bawah ini pekerjaan
pengecoran pondasi tiang bor.
2.7 . Pengecoran
Pada tahap
pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan langsung ke corong
pipa tremi seperti kasus di atas. Pada tahap ini, mulailah pengalaman seorang
supervisor menentukan, Kenapa ?
Karena pipa
tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang dituang terlalu banyak
maka jelas mencabut pipa yang tertanam menjadi sulit. Sedangkan jika terlalu
dini mencabut pipa tremi, sedangkan beton pada bagian bawah belum
terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa terjadi segresi, tercampur dengan
tanah. Padahal proses itu kejadiannya di dalam lobang dan tidak terlihat
sama sekali. Jadi pengalaman supervisi atau operator yang mengangkat pipa tadi
memegang peran sangat penting. Sarjana baru lulus pasti kesulitan mengerjakan
hal tersebut. Inilah seninya di lapangan perlu feeling yang tepat.
Jangan
sepelekan aba-aba seperti di atas. Belum tentu seorang sarjana teknik sipil
yang baru lulus dengan IP 4.0 bisa mengangkat tangan ke atas secara tepat.
Karena untuk itu perlu pengalaman. Jadi menjadi seorang engineer tidak cukup
hanya ijazah sekolah formil, perlu yang lain yaitu pengalaman yang membentuk
mental engineer yang handal.
2.8 Penarikan Pipa Tremi
Jika beton
yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi
harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang basah dan
kering. Untuk kasus ini karena pengecoran beton masih diteruskan maka
diperlukan bucket karena beton tidak bisa langsung dituang ke corong pipa tremi
tersebut.
Adanya pipa
tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan
tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ beton lebih besar
dari BJ lumpur maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke
atas. Jadi pada tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau lumpur sehingga
perlu dewatering segala. Gambar foto di atas menunjukkan air atau lumpur
mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton segar tadi.
Proses
pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous, bayangkan saja bila ada
keterlambatan beberapa jam. Jika sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa
tertanam dan nggak bisa dicabut. Sedangkan kalau keburu di cabut maka
tiang beton bisa tidak continue. Jadi bagian logistik / pengadaan beton harus
memperhatikan itu.
Jika
pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton
dapat muncul dari kedalaman lobang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa
selama pengecoran dan penarikan maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam
pada beton segar. Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau
penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran dengan lumpur.
Selesai